Foto saya
Sanggau, Kalimantan Barat, Indonesia
Pendidik

Jumat, 28 September 2012

Sebuah Refleksi


TAWURAN PELAJAR
(Analisis dan Solusi)

Akhir-akhir ini kita disuguhi berita tv tentang tawuran pelajar di Jakarta, tawuran antar pelajar sekolah di Jakarta ini bahkan sampai membawa korban meninggal dunia, ironis sekali pelajar yang seharusnya belajar di sekolah menggali ilmu untuk masa depan dirinya dan masa depan bangsa dan negara ini malah berkelahi di jalanan seperti manusia yang tidak beradap.
Kejadian ini membuat kita harus berpikir ulang tentang kebijakan pendidikan di negeri ini. Apakah ini sebagai akibat kebijakan pendidikan yang salah? Jawabannya bias iya. Maraknya tawuran di kalangan pelajar selama ini merupakan bukti gagalnya kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Kebijakan pendidikan yang selama ini dibangun terlalu berorientasi pada kemampuan kognitif (nilai/akademik) semata. Semua potensi pendidikan diarahkan hanya untuk mengejar nilai ujian nasional (UN), aklibatnya ada factor lain yang lebih urgen bagi perkembangan dan keberhasilan masa depan anak didik terabaikan, yaitu ahklak/karakter/budi pekerti. Kalaupun ahklak/karakter/budi pekerti itu ada porsinya hanya sedikit sekali bahkan hanya sepintas saja.
Tawuran yang terjadi saat ini adalah buah dari kebijakan pendidikan yang berorientasi pada nilai/akademik, anak didik yang lemah secara akademik akan termarjinalkan oleh system, anak yang gagal ujian nasional dianggap sebagai siswa yang bodoh. Seharusnya pendidikan tidak memberikan stempel pintar atau bodoh, lulus atau tidak lulus, sebab kesuksesan pendidikan tidak sebatas nilai akademik atau tingginya persentase kelulusan, kesuksesan pendidikan adalah apabila output yang dihasilkan dunia pendidikan itu mampu hidup survive dalam menghadapi tantangan dalam hidupnya.
Ujian nasional patut dievaluasi, sebab telah melahirkan pelajar yang semata-maa mengejar kelulusan, tidak membangun karakter anak didik. Seharusnya pendidikan mengedepankan pendidikan karakter,  pemerintah harus berani mengoreksi kebijakan yang selama ini mereka buat.  
Selain itu Kurikulum juga perlu ditinjau ulang sebab kurikulum yang ada sekarang terlalu padat/jenuh/banyak muatan-muatan yang semestinya bisa lebih disederhankan sehingga tidak membuat siswa stress bahkan orang tua siswa juga ikut stress,

4 komentar:

  1. Maraknya tawuran di kalangan pelajar selama ini merupakan bukti gagalnya kebijakan pemerintah di bidang pendidikan.

    SETUJU PAK !!
    LANJUTKAN PERJUANGAN !

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya pak ... kita terus berjuang untuk negeri ini ...

      Hapus
  2. Bukankah tidak adil kalau kebijakan pemerintah saja yang dikatakan gagal?? Bukankah kenyataan ini cermin dari kegagalan kita juga??? Mungkin sebaiknya tidak mencari siapa yang salah/benar, Marilah berbenah untuk melahirkan generasi kedepan yang berkarakter baik. Tetap Semangat dan terus SEMANGAT!!!!!

    BalasHapus
  3. tawuran pelajar hanya salah satu dari wajah lain globalisasi. terlalu banyak faktor penyebab dan yang merangsang pelaku tawuran lupa diri sehingga melakukan anarki terhadap sesama mereka (siswa via siswa), kebijakan dulu juga tidak terlalu bagus malah cenderung proses belajar itu hanya ada indoktrinisasi, tapi jarang pelajar tawuran sampai tewas, hanya tawuran biasa tangan kosong. saya rasa ada pengaruh informasi dan pegeseran nilai nilai di tengah masyarakat indonesia yang makin bebas, individualis, serta jauh dari pengamalan nilai-nilai agama.. semua baru mau bergerak cepat kalau ursannya adalah urusan duit dan perut yang ujung-ujungnya cuma untuk gedein tai atau kotoran manusia..fahami juga bahwa pemerintah yang kita maksud harus jelas, karena ada otonomi daerah sekarang, ada otonomi kerja, ada otonomi anggaran per sektoral, kepolisian, satpol PP, tidak menganggap tawuran itu adalah masalah mereka, tapi itu masih masalah menteri pendidikan. jadi bukan kebijakan pendidikan yang salah sedirian, sebagai sistem kita guru pun turut menyumbang kesalahan, kenapa? guru banyak yang sibuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya di tengah hempasan modernisasi yang menabalkan uang sebagai raja. pada salah satu positngan di blog pengawassekolahaceh.blogspot.com, pernah saya sampaikan petikan wawancara dengan seorang guru bahwa Uang tidak bisa memperbaiki kualitas pendidikan, kualitas hanya bisa diperbaiki dengan pengabdian. semakin banyak uang maka orientasi orang yah hanya untuk itu, uang untuk sarana di korup, uang untuk mutu ditelan, uang untuk perencanaan digelapkan, uang untuk pengawasan disunat, dan lain-lain..tapi kita tetap harus berdoa, semoga keadaan ke depan makin lebih baik.

    BalasHapus